Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Blogger Jateng

puisi islami : untuk suami, untuk ibu, menyentuh hati, tentang hijrah

puisi   islami


puisi islami untuk suami 



Suamiku

Suamiku…
Ini bukan ikrar biasa
Ini mitsaqon golidzo
Yang ketika kau ucap ikrar itu
Maka ‘Arsy pun ikut bergetar karenanya

Suamiku…
Ini bukan bangunan biasa
Ini adalah bangunan peradaban
yang kan kita susun batu batanya
Bersama Alfatih Alfatih kita

Suamiku…
Ini bukan keluarga biasa
Ingatkah ketika kau katakan akan mewakafkan dirimu dan diri kami?
Maka keluarga ini adalah keluarga dakwah
Keluarga jihad

Suamiku…
Maukah kau kita berkumpul lagi di Surga-Nya?
Maka, jangan pernah berhenti mendidik kami
Seperti Imran dan Luqman mendidik keluarganya

puisi islami penyejuk hati



sebuah pilihan

Saudaraku

Saat bertahan menjadi sebuah pilihan
Maka kau harus siap akan segala hal
Tak perlu rasa lelah kau jadikan alasan
Jika kau yakini semua dengan lillah

Saudaraku

Bertahan dalam jamaah memang berat
Tak mesti kau terus yang harus dimengerti
Namun kau harus yakin
Saat kau memilih untuk berjamaah
Maka kau harus bersiap untuk lebih tabah

Siapkan jiwa dan ragamu kawan
Selesaikan apa yang menjadi tugasmu di dunia dengan baik
Lelah itu pasti, karena Rasulullah pun merasakannya
Namun, apakah kau tidak tergiur dengan balasan-Nya?

Balasan surga abadi bagi yang berjuang dijalan-Nya
Semoga Dia selalu kuatkan pundak kita dengan janji yang pernah kita sanggupi
Semua hanya karena Dia

Sahabat Akhirat

Kutahu keimananku tak sekuat Khadijah binti Khuwailid
Yang rela ikhlas menyumbangkan hartanya di jalan Allah
Kutahu kecakapanku jauh dibanding Aisyah binti Abu Bakr
Yang sanggup menghafal beribu-ribu hadits

Kutahu kesetiaanku tak sebanding Fatimah binti Muhammad
Yang menerima Ali bin Abi Thalib dengan segala kesederhanaannya
Kutahu aku tak setegar Nusaibah binti Ka’ab
Yang melepas suami dan anak-anaknya syahid di jalanNya

Menjadi persis seperti shahabiyah..
Memang tidak mungkin
Tapi, ukhuwah ini menyadarkanku….
Menuntunku untuk terus dan terus meneladani mereka

Menuntutku untuk selalu menjadi pribadi yang lebih baik
Kehadiran kalian melengkapi puzzle kehidupan
Merubah yang hambar menjadi penuh rasa
Petuah kalian yang selalu kurindukan dalam asam manisnya liku hidup ini

Sahabat Akhirat…..

Senja di Perantauan

Biru cerah telah berubah menjadi jingga kemerahan
Cahaya surya pun perlahan mulai beralih posisi
Ufuk senja pun mulai menampakkan diri
Hingga menjadi satu pertanda, pergantian waktu akan menghampiri

Senja…
Batas waktu antara langit biru cerah dan langit gelap gulita
Menjadi batas pergantian waktu antara keduanya
Senja, terapit dua waktu

Warna jingga kemerahan mulai perlahan berubah
Berubah menjadi wujud hitam gelap
Tak terasa pergantian waktu akan tiba
Menandakan inilah waktu senja

Kini, aku saksikan khalayak sibuk berlari dengan senja
Ini senja yang tak seperti biasa aku rasa
Tak seperti biasanya senja dibiarkan berlalu
Berlalu tanpa penyesalan waktu

Aku saksikan khalayak sibuk berlari dengan senja
Mengejar keberkahan di pergantian waktu siang menuju malam
Aku menyaksikan mereka begitu sibuk
Sibuk untuk mengejar bukan untuk membiarkan berlalu

Disaat khalayak diluar sana sibuk melupakan
Melupakan tentang kewajiban sebagai seorang hamba
Sungguh begitu angkuhnya manusia pada pemilik hidupnya
Mereka enggan berdoa memohon pada Sang Pencipta

Samar-samar namun semakin jelas terdengar
Lantunan Dzikrullah mulai terucap dari lisan tak bertulang

Kedua telapak tangan mulai menengadah menghadap langit
Bait-bait doa yang dipanjatkan mulai melangit
Lantunan Rabithah senja mulai menggeming di kedua telinga
Lafadz-lafadz yang indah menenangkan hati

Ini bukan senja yang biasa dirasa
Ini senja yang begitu hangat

Meski, saat hujan air menjatuhi bumi sekalipun

puisi islami tentang hijrah



Sekadar Halaqah


Di mana Tarbiyah yang selama ini kita peroleh dalam halaqah?

Di mana Istiqomah yang selama ini melekat pada diri?

Di mana azzam yang selama ini kita tanam dalam tubuh ini?

Di mana iman?

Di mana akal?

Di mana hati?

Ah, Aku tak bermaksud untuk membuat langkahmu pelan atau bahkan berhenti.

Bukan, bukan itu yang Aku maksud.

Aku ingin mengajakmu menoleh ke belakang.

Melihat kembali cita-cita mulia kita.

Bukan hanya sekedar ghirah yang tak berkesudah.

Bukan hanya sekedar rasa percaya diri bahwa kitalah orangnya.

Bukan tentang bagaimana Aku, kamu dan kita tetap solid.

tapi tentang bagaimana kita benar-benar berada pada jalan yang benar.

Bukan dengan berpura-pura

Bukan dengan sandiwara.

Hanya saja kadang kita lalai

Hanya saja kadang kita lena

Hanya saja kadang kita acuh

Sampai abaikan segala problema kecil

Seakan hijrah kita sudah pada titik tertinggi

puisi islami 4 judul Ibu, Pahlawanku

Jumpa pertama saat balita tak kenal kau siapa

Hanya terdengar namamu.. ibu ibu ibu

Ditimang, disapih, diciumi ku dalam pelukan

Sambil memandang.., siapa kau gerangan??


Terlambat Tobat

I

Gemerisik daun oleh angin hitam
berguguran ke tanah basah.
Langit gemetar menumpahkan halilintar.
Bumi bergetar melontarkan bebatuan.

Antara bumi dan langit jarak membentang Panjang.
Antara keinginan dan kenyataan jurang menganga Lebar.

“Siapa yang lebih maksiat dibandingkan kau,

kau seorang?”

“Bukan aku, itu bukan aku”

Siapa yang lebih tidak tobat dibandingkan kau,

kau seorang?”

“Bukan aku, itu bukan aku!”

II

Di balik cahaya pasti ada gelap yang tersimpan.

Tapi di balik kegelapan belum tentu ada cahaya.
Pernahkah kita membayangkan?

Di dalam gelapnya perut ikan
Yang berada di gelapnya lautan dalam
Pada saat pekatnya gelap malam.

Aku pernah,
bahkan mungkin lebih dari itu.
Sebab di masa muda terkandung
jiwa yang menggelora.

Kuturuti jiwaku dari satu pelampiasan
menuju pelampiasan berikutnya.
Dari satu kegelapan menuju
kegelapan berikutnya.

Kuturuti jiwaku!
Jiwaku yang menggelora karena nafsu
dan tak kunjung puas juga!

III

Setan terkutuk pernah berkata
ketika diusir dari surga:

“Kemudian aku pasti akan mendatangi mereka
dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka.

Dan Engkau, Tuhan, tidak akan mendapati mereka bersyukur!”

IV

Bau tanah yang menghimpitku
semakin menusuk, dari hari ke hari
tubuhku semakin membusuk,
dari jiwa ke jiwa aku bertanya-tanya:

dengan apa orang-orang mengenangku?

Aku bergetar ketakutan!
Aku mengeja kehinaan!
Aku mendidih kepanasan!
Aku teriak kesakitan!

Aku menangis dalam air mata
yang tak lagi punya makna.
puisi islami 8 judul We Are Friend Forever
Lingkaran itu akan tetap utuh

Karena warna pelangi pun tak pernah berkurang atau berubah
Namun seperti pelangi, tak selamanya dia ada
Dia muncul hanya ketika hujan telah berhenti
Seperti keindahan senja

Keindahannya takkan pernah berubah
Hanya tak selamanya waktu adalah senja

Persahabatan
Aku, Kamu, Dia, Mereka
Seharusnya tetap bersama
Meski tak terlihat

Bagaikan hujan
Dia hanya satu kesatuan yang terlihat
Tak bisa dilihat satu-satu
Karena akan berbeda ronanya

baca juga : puisi cinta islami menyentuh hati


puisi islami untuk ibu




 Ibu, ayah, maafkan aku

Ibu, ayah, maafkan dosaku selama ini
Aku selalu menipu kalian
Aku memanfaatkan kepercayaan kalian

Ayah, ibu setiap hari engkau bekerja keras disana
Engkau mengabaikan panasnya trik matahari
Engkau mengabaikan rasa lelah dalam dirimu
Engkau mengabaikan rasa sakit karena terlalu keras bekerja
Sekalipun aku tidak pernah mendengar engkau mengeluh

Akupun bertanya mengapa?
Ternyata yang menguatkanmu adalah harapan
harapan atas keberhasilan aku yang berada disini
harapan atas diriku yang akan kembali dengan kebanggaan

Tetapi disini aku tidak pernah bersungguh-sungguh
Aku hanya memberikan segunung janji
Daripada melihat perjuanganmu untukku
Aku lebih melihat tipuan dunia yang mempesona
Aku lebih mengikuti nafsu yang semakin mengendalikan diriku
Sampai aku menyesal…


Ibu, Pahlawanku

Ibu panggilanmu
Itu yang ku tahu
Dikala tahun demi tahun merangkak
1, 2, 3, 4, 5 usia ku kini
Dengan segala sifat kekanak-kanakannya
Masa penuh canda tawa, Kau masih di sisi menemani
Menghibur di kala sepi

Beranjak dewasa kini remaja
Fase baru kehidupan, setelah dulu belepotan
Kini penampilan ku perhatikan
Untuk menarik seseorang yang ku rindu
Remaja dunia cinta
Remaja penuh emosi
Remaja bayak fatamorgana
Kau masih di sisi menemani
Membimbing jalan ku melangkah
Ibu bilang hati-hati saat remaja
Karena banyak yang menggoda

Semakin dewasa ku kenal dirimu pahlawanku
Dengan segala cara mendidik menuju baik
Kau rela berkorban banyak
Hanya cinta, keikhlasan, serta ridho yang kau bawa
Sambil berharap anaknya kenal sang pencipta

Tapi aku terlambat sadar
Saat usia senja menghampirimu
Di saat-saat penghabisan kan datang
Kau sendiri tak ada yang menemani
Tersadar tentang perjuangan
Mendidik serta membesarkan
Kini kau tinggal kenangan…

Doaku selalu untukmu..

Ibu, Pahlawanku

Coretan Untuk Ayah

Awalnya ku kira ini hanyalah sebuah mimpi belaka
Ternyata tidak, Ayah benar-benar telah tiada
Ia benar-benar telah pergi dari dunia yang fana
Menuju Rabb-nya yang maha sempurna.

Ayah…..

Perjuanganmu meninggalkan seribu arti
Kelembutanmu menyisakan sejuta makna
Ketulusanmu menggetarkan kesunyian hati
Kata-kata mu menyejukkan jiwa yang terlena.

Mendengar Suaramu kini hanyalah sebuah bayangan
Melihat senyummu kini hanyalah tinggal khayalan
Rindu akan Canda tawa mu kini hanyalah sebuah pengharapan
Mencium tanganmu kini hanyalah tinggal impian.

Ayah, tahukah engkau….

Betapa hati ini menjerit
Dan air mata ini seakan-akan tidak henti-hentinya mengalir
Ketika kami melihatmu hanya terdiam membisu
Seakan suara indahmu hilang dalam dimensi waktu

Jika bukan karena Allah dan iman di dalam dada
Pasti kami telah hancur di bawa oleh arus duniawi
Melepaskan kepergianmu untuk selamanya
Itu hal yang tersulit dalam hidup ini.

Ayah, tahukah engkau….

Ketika cinta ini seakan tidak ingin berpisah
Ketika waktu terasa sangat singkat untuk terus bersama
Ketika kepergianmu menyisakan air mata
Meskipun kami tahu bahwa hidup hanyalah menjalani skenario yang maha kuasa.

Ayah, kami yakin Allah telah menepati janjinya
Ketika engkau melihat mahligai surga yang bertahta
Engkau lukiskan senyuman indah mu yang merona
Senyuman terakhir yang meneduhkan jiwa.

Akan kami ukir namamu di setiap bait-bait doa
Akan kami sebut namamu di sujud dalam keheningan malam
Hingga tiba suatu saat nanti
semoga kita akan berjumpa lagi.

Wahai Allah, Rabbul Izzati

Muliakanlah ia laksana seorang raja
Cintailah ia laksana sang kekasih
Rahmatilah ia dengan rahmatmu yang maha bijaksana
Sayangilah ia dengan kasih sayang-Mu yang tak bertepi


pesan Ibu untuk Sang Anak, Ikut Aksi 4 November

Bangun… bangunlah, Anak

Bersihkan tubuhmu dan ikutlah bersama rombongan besar itu

Hari ini hari di mana orang ingin bersaksi di hadapan Ilahi Rabbi
Bahwa dirinya bukan diri yang lemah imannya
Yang hanya menggerutu dalam hati namun cuma bersembunyi dalam kehangatan rumah
Yang tak bergeming jika agama dan harga dirinya diinjak-injak

Bergabunglah bersama mereka, Anak

Bersama orang-orang yang ingin berbuat dengan segenap kemampuan membela Islam dan Al Quran
Bersama orang-orang yang menuntut agar keadilan tegak di negeri ini
Agar tak ada lagi yang berani semena-mena melecehkan kitab kita yang suci
Dan tak ada lagi yang mencederai kesatuan dan kerukunan umat beragama di bumi tercinta ini

Bangun… bangunlah, Anak

Bersihkan jiwa… luruskan niatmu

Berangkatlah kalian bersama para demonstran itu dengan satu niat, karena Allah
Majulah hingga barisan terdepan
Majulah sebagai pemberani bagi tegaknya keadilan di negeri ini
Doaku selalu menyertaimu

baca juga : puisi islami ; ibu, rindu, wanita sangat menyentuh hati